Awal mulanya kehadiran Mangrove Cuku Nyinyi adalah karena kekhawatiran warga akan semakin terkikisnya hutan mangrove yang menyebabkan desa di sekitar pesisir pantai rentan bencana alam, seperti abrasi pantai dan tsunami. Kurangnya perhatian pada daerah mangrove ini membuat banyak tambak terlantar juga membuat maraknya aktivitas masyarakat sering melakukan pengeboman ikan sehingga ekosistem bertambah rusak. PT Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan pertambangan terkemuka milik Negara Indonesia (BUMN). Sejalan dengan visinya untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, maka PTBA semakin gencar untuk terus bergerak melestarikan lingkungan sekitar agar dapat menekan karbondioksida yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selain untuk menekan dampak negatif dari pengaruh karbondioksida, pelestarian lingkungan pada masyarakat sekitar juga menjadi fokus perusahaan yang akan bermanfaat pada pertumbuhan ekonomi masyarakat terdampak. Di Desa Sidodadi, terdapat kawasan hutan mangrove yang memiliki potensi tinggi untuk dapat dikembangkan dan dikelola dengan prinsip keberlanjutan. PTBA melalui divisi Sustainability tergerak untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan dalam meningkatkan nilai guna ekosistem mangrove di Desa Sidodadi, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran sejak November 2021.
Berbagai upaya pemberdayaan secara mendalam dan menyeluruh telah dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk social responsibility perusahaan terhadap kawasan terkait. Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perusahaan untuk berperan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perusahaan, komunitas setempat, hingga masyarakat. Melalui salah satu Local Hero setempat sebagai penggerak masyarakat, maka maksud dan tujuan pembangunan berkelanjutan di Desa Sidodadi khususnya di Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Cuku Nyinyi dapat terealisasikan dengan baik. Meskipun, pada awalnya Pak Aan selaku penggerak masyarakat bercerita bahwa pada saat itu tidak mudah melibatkan masyarakat desa untuk turut mengelola mangrove. Namun, secara perlahan pendekatan kepada masyarakat dilakukan untuk memberikan pengertian terkait fungsi mangrove bagi desa ini. Telah bangkitnya kesadaran dari para masyarakat untuk melestarikan lingkungan sekitarnya, maka PTBA bersama dengan masyarakat dan komunitas setempat saling merengkuh bahu dan bergandengan tangan menciptakan Kawasan Hutan Mangrove Cuku Nyiyi menjadi salah satu destinasi wisata yang memiliki nilai ekonomis keberlanjutan dan tetap terjaga perannya sebagai pelindung ekosistem (Eco-Guardians).